[KBR|Warita Desa] Jakarta | Wabah COVID-19 membuat pola aktivitas masyarakat berubah. Hampir seluruh kegiatan dilakukan di rumah. Akibatnya, penggunaan energi listrik dan gas bertambah.
Selama masa pandemi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat adanya peningkatan konsumsi listrik rumah tangga dan gas mencapai lebih dari 30 persen. Angka ini diproyeksikan terus bertambah selama kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) masih berlangsung.
Lembaga peduli energi, Coaction Indonesia menyebut kenaikan ini dipengaruhi sejumlah hal. Di antaranya ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan alat elektronik seperti ponsel, laptop, televisi, hingga pendingin ruangan (AC).
Direktur Program Coaction Indonesia, Verena Puspawardani menekankan perlunya sikap bijak dari masyarakat untuk menggunakan energi listrik di tengah pandemi.
"Awalnya kita mengira penggunaan listrik akan biasa saja, tapi setelah bulan Maret ternyata biaya listrik yang harus dibayarkan meningkat. Ini disebabkan banyaknya aktivitas yang dilakukan di rumah," ujar Verena dalam program Ruang Publik , Jumat (15/05/20).
Sementara itu, Anggota komunitas peduli energi Earth Hour Cimahi, Andrian Pramana meminta masyarakat mengetahui besaran energi yang digunakan setiap hari. Ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya pemborosan listrik.
Andrian menegaskan, bijak dalam menggunakan energi listrik tidak hanya dapat menghemat keuangan tetapi juga menjauhkan dari perubahan iklim.
Dalam perbincangan dengan KBR, Verena dan Andrian memberikan sejumlah tips untuk masyarakat agar lebih bijak menggunakan energi khususnya listrik.
1. Matikan lampu yang tidak perlu
Dua lampu pijar 100 watt yang dimatikan dua jam ekstra per hari bisa menghemat sekitar Rp200 ribu. Akan lebih baik lagi jika Anda memutuskan beralih ke LED. Dilansir dari situs Energy.gov, LED redensial menggunakan setidaknya 75 persen lebih sedikit energi dan bertahan 25 kali lebih lama dibandingkan lampu pijar.
2. Gunakan cahaya alami
Satu jendela menghadap selatan dapat menerangi 20 hingga 100 kali luasnya. Dengan cahaya alami tersebut, Anda dapat mengalihkan energi yang keluar dari satu bohlam 60 watt selama empat jam sehari. Ini akan menghemat kurang lebih Rp147 ribu per tahun.
3. Matikan air saat mencuci tangan, menyikat gigi
Saat mencuci tangan dan menyikat gigi, banyak orang membiarkan air mengalir begitu saja. Hal ini menyebabkan dua kali pemborosan. Pemborosan air dan pemborosan listrik.
4. Cabut kabel daya elektronik yang tidak digunakan
Banyak dari masyarakat yang masih mengabaikan cara penghematan ini. Mencabut kabel yang tersambung ke pusat pengisi daya dapat menghemat penggunaan energi listrik dan menjauhkan dari risiko korsleting.
5. Gunakan laptop dari pada komputer meja
Jika masih menggunakan komputer meja, ada baiknya untuk mempertimbangkan berganti ke laptop. Namun dalam menggunakan laptop, masyarakat juga harus lebih bijak dalam menggunakan pengisi daya. Lepas pengisi daya jika baterai laptop sudah penuh. Hal ini juga dianjurkan saat mengisi daya ponsel.
6. Matikan pendingin ruangan (AC) saat tidak di rumah dan sediakan ventilasi di setiap ruangan.
Mematikan AC dapat menghemat listrik dan juga menghindarkan dari pemanasan global. Solusi lain untuk menghindari penggunaan AC adalah penyediaan ventilasi. Selain menghemat energi listrik, ventilasi dapat menciptakan sirkulasi udara yang alami.
Oleh : Ardhi Rosyadi
Editor: Sindu Dharmawan