[KBR|Warita Desa] Jakarta | Pandemi global Covid-19 membuat dunia berlomba-lomba melakukan penelitian untuk menemukan vaksin penangkal virus corona. Perjuangan ini mulai menunjukkan titik terang. Beberapa vaksin sudah sampai ke tahap akhir pengujian sebelum diproduksi massal.
Seperti kuatir tak kebagian jatah vaksin, Amerika Serikat bahkan sudah meneken kontrak pengadaan 100 juta dosis. Pada Rabu kemarin, Menteri Kesehatan Amerika, Alex Azar menyebut, pemerintah federal telah menandatangani kontrak dengan perusahaan Pfizer. Padahal vaksin tersebut belum mendapat lisensi dari Badan Pengawas Makanan dan Obat-Obatan Amerika Serikat, karena saat ini masih pengujian klinis fase 3.
Berdasarkan data Badan Kesehatan Dunia WHO, sudah ada ratusan pengembang vaksin yang tengah melakukan serangkaian uji coba dari mulai praklinis sampai dengan klinis. WHO berharap vaksin bisa diproduksi pada akhir tahun ini.
Juni lalu dalam keterangan pers, Kepala Sains WHO Soumya Swaminthan optimistis hal itu bisa terlaksana sebab sudah ada beberapa kandidat pengembang vaksin yang tengah melakukan uji coba klinis.
"Kita memasuki tahapan baru yaitu fase tiga pengembangan vaksin. Ini fase yang menentukan apakah vaksin efektif dan aman. Saya berharap dan optimistis, namun pengembangan vaksin adalah sesuatu yang kompleks dan penuh dengan ketidak pastian. Sisi baiknya, kita punya beberapa kandidat yang bagus untuk vaksin, jadi meski yang pertama atau kedua gagal kita tak akan menyerah." Ujar dia.
24 Kandidiat
Pada Selasa 21 Juli 2020, WHO merilis 24 kandidat vaksin yang sedang menjalani evaluasi uji klinis. Dari 24 calon vaksin itu ada lima calon vaksin Covid-19 yang sudah masuk fase 3 tahapan uji coba klinis. Sedangkan yang saat ini tengah evaluasi praklinis berjumlah 142 kandidat vaksin.
Kandidat pertama adalah vaksin buatan Sinovac. Perusahaan asal Tiongkok ini akan melakukan uji coba fase 3 vaksin Covid-19 di 3 negara, termasuk Indonesia. Indonesia akan ikut melakukan uji klinis tahap 3 atas vaksin milik Sinovac ini kepada sebanyak 1.620 penduduk.
Sinovac melakukan uji coba ini sebagai bentuk kerjasama dengan perusahaan BUMN Bio Farma dalam pengembangan vaksin covid-19. Tak hanya di Indonesia, Vaksin Corona Sinovac juga diuji klinis di Bangladesh dan Brasil.
Pengembang vaksin lain dari Tiongkok adalah Wuhan Institute Wuhan Institute of Biological Products dan Beijing Institute of Biological Products. Mereka menggunakan platform inactivated atau menonaktifkan virus SarCov2 sebagai targetnya.
Pengembang vaksin lainnya adalah Universitas Oxford, Inggris. Berbeda dengan tiga pengembang dari Tingkok, tim peneliti Universitas Oxford menggunakan non-replicating viral vector yang melihat reaksi dari sel yang diberikan vaksin.
Tim peneliti Universitas Oxford telah mengujicobakan pada 9000 orang di Inggris, kebanyakan dari mereka adalah pekerja dari Kota Newcastle. Dari percobaan itu menunjukan antibodi dan sel-t dalam tubuh menunjukan reaksi netralisasi. Sehingga tim peneliti mengklaim hal itu sebagai tanda vaksin sudah aman. Meski begitu Kepala Peneliti Universitas Oxford Andrew Pollard menyebut perlu dilakukan uji coba lebih banyak agar hasil vaksin bisa lebih terlihat.
"Kami sangat puas dengan hasil yang ditunjukan dalam Jurnal Lancet hari ini karena kami melihat vaksinnya merespon antibodi dan sel-t. Sehingga kami optimistis dengan hal itu. Namun kami masih harus melakukan percobaan lagi pada manusia untuk membuktikan hal itu sudah berhasil," urai dia.
Perjalanan penelitian vaksin Covid-19 sudah dilakukan sejak awal pandemi. Jennifer Haller, adalah orang pertama yang menjadi relawan uji klinis tahap pertama dari vaksin Covid-19. Jennifer adalah satu dari 45 relawan yang disuntikkan vaksin virus corona yang baru pertama kali diuji coba kepada manusia. Perempuan asal Seattle ini menerima suntikan pada bulan Maret 2020 lalu, sebagai bagian dari studi tahap pertama vaksin yang dikembangkan oleh National Institute of Health, bekerja sama dengan Moderna,