[KBR|Warita Desa] Jakarta | Indonesia membutuhkan sistem pendidikan berbasis digital untuk menghadapi new normal atau kenormalan baru pandemi Covid-19. Hal ini disampaikan pengamat pendidikan Indra Charismiadji.
"New normal di dunia pendidikan itu bukan cuma masalah jaga jarak dan masalah kebersihan, bukan cuma masalah itu, tapi juga dari proses belajarnya sendiri, proses belajar yang memanfaatkan teknologi digital," terang Indra kepada KBR, Selasa (2/6/2020).
"Jadi kalau kita bicara new normal di bidang pendidikan, harusnya memang semua anak itu ke sekolah nggak lagi bawa koper, tapi bawanya cuma satu device saja, satu gawai. Satu gadget yang semuanya ada di situ. Catatannya ada di situ, mau buku-buku ada di sana, jadi itu yang disebut dengan alat kerjanya."
"Dengan proses yang basisnya teknologi ini, mereka tidak harus lagi belajar pada waktu yang sama atau belajar hal yang sama. Istilahnya mereka bisa belajarnya on demand. Misalnya, hari ini saya mau belajar Bahasa Indonesia, tapi teman saya mau belajar Bahasa Inggris, teman saya yang lain mau belajar matematika, bisa."
"Dengan demikian kecepatan mereka belajar disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Artinya tidak harus lagi bersama-sama. Dengan demikian juga fungsi dari guru juga berubah, guru tidak lagi menjadi pusat informasi, tetapi guru itu lebih sebagai fasilitator," lanjutnya.
Pemerintah Harus Siapkan Infrastruktur dan SDM
Untuk mewujudkan konsep pendidikan digital tadi, pemerintah harus menyiapkan dukungan infrastruktur, sarana, dan Sumber Daya Manusia (SDM).
"Harus didata dulu mengenai akses. Kita bicara gawainya, akses sinyal internetnya, akses datanya, kuotanya. Nanti di sini yang bisa menggunakan sekolah sebagai tempat belajar nggak semua siswa, hanya mereka-mereka yang nggak punya akses terhadap gawai, tidak punya biaya untuk beli pulsa, itu yang tetap bisa belajar di sekolah menggunakan peralatan sekolah," jelas Indra.
"Banyak cara lah untuk bagaimana menyediakan akses ini terhadap siswa. Tapi, ya harus didata dulu. Data dari Kominfo kan pengguna gawai kita sudah di atas 300 juta, berarti sudah lebih dari jumlah penduduk Indonesia. Jadi, menurut saya sebetulnya akses itu tidak begitu menjadi masalah, asal dikoordinir dengan baik," lanjutnya.
Selain itu, tantangan yang krusial adalah mengedukasi para guru agar mampu menguasai pedagogi digital atau sistem pendidikan berbasis daring.
"Guru-guru di Indonesia itu masih belum tahu pedagogi digital itu seperti apa. Nah, ini yang harusnya pemerintah ngebut, selama liburan ini menyiapkan mereka (guru) untuk memahami konsep mengajar pembelajaran jarak jauh dengan daring," kata Indra.
"Jadi harusnya pemerintah bisa ngumpulin tokoh-tokoh pendidikan, pakar-pakar pendidikan, yang disuruh melatih guru-guru ini. Sekarang kan para pakar pendidikan juga nggak kemana-mana, di rumah semua, artinya mencari mereka gampang, tinggal diminta saja ya demi negara membantu menyiapkan para guru ini. Jadi menurut saya lebih mudah dilakukan," ujarnya.
"Yang terakhir, orang tua juga mesti disiapkan, karena prosesnya juga berbeda dengan model seperti sekolah yang dulu. Ini yang sama sekali pemerintah belum lakukan. Jadi, ya panggil para tokoh pendidikan, pakar pendidikan untuk berlanjut terus-menerus menjelaskan konteks bagaimana fungsi orang tua untuk membantu anak belajar digital," tutupnya.
Oleh : Astri Yuana Sari,Adi Ahdiat
Editor: Agus Luqman