[KBR|Warita Desa] Jakarta | Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menegaskan bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat ekonomi melemah.
Sri Mulyani mengungkapkan, meski PSBB baru diterapkan sekitar satu bulan belakangan di beberapa daerah, hal itu sudah membuat ekonomi nasional turun cukup dalam.
“Pembatasan sosial baru mulai berlaku Maret minggu kedua. Kita bayangkan April dan Mei ini PSBB dilakukan meluas, maka konsumsi pasti akan drop jauh lebih besar,” kata Sri Mulyani dalam rapat bersama DPR, seperti dilansir Antara, Rabu (6/5/2020).
Menkeu Sri Mulyani menjelaskan bahwa konsumsi masyarakat memiliki kontribusi sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, penerapan PSBB membuat tingkat konsumsi menurun.
“Kontribusi (konsumsi masyarakat) dari Jakarta dan Jawa itu lebih dari 50 persen sampai 55 persen. Artinya, kalau sekarang Jakarta dan Jawa yang sudah PSBB, pasti konsumsi tidak akan tumbuh,” kata Sri Mulyani.
“Jika kuartal II dan III tidak mampu memperbaiki, dan pandemi menimbulkan dampak lebih panjang di kuartal II dan III di mana PSBB belum ada pengurangan, maka kita akan memasuki skenario sangat berat,” tegasnya.
Menurut perhitungan Kemenkeu, ekonomi Indonesia memasuki 'skenario berat' jika pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) berada di kisaran 2,3 persen.
Sedangkan 'skenario sangat berat' terjadi jika pertumbuhan PDB anjlok ke kisaran -0,4 persen.
Sederhananya, angka-angka itu menunjukkan bahwa kemampuan produksi barang dan jasa di seluruh Indonesia akan merosot jauh, yang tentu berimbas pula pada hilangnya penghasilan masyarakat.
Kemenkeu sudah memprediksi itu dalam laporan yang dirilis awal April 2020. Namun, sampai hari ini pemerintah belum menyampaikan langkah-langkah spesifik apa yang akan dilakukan ketika berbagai skenario tadi benar-benar kejadian.
Oleh : Adi Ahdiat
Editor: Agus Luqman