[KBR|Warita Desa] Dewan Pimpinan Nasional Andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia (DPN APTRI) meminta Kementerian Perdagangan mengawasi perizinan impor gula dan distribusinya. Ketua Umum DPN APTRI Soemitro Samadikoen mengatakan, kenaikan harga gula di pasaran perlu ditelusuri penyebabnya.
Kata dia, izin impor gula sudah dikeluarkan sejak November lalu oleh Kemendag. Namun, ia menyebut izin impor gula yang sudah dikeluarkan tidak langsung dilakukan oleh importir. Ia menduga hal itu untuk mencari keuntungan, bukan untuk pemenuhan kebutuhan pasar.
"Ini yang harusnya dikaji pemerintah sebagai pihak yang memegang kekuasaan untuk memberikan izin sekaligus kontrol. Ini termasuk impornya kacau. Saya tanya sekarang 250.000 sesuai dengan surat Menteri Perdagangan pada Presiden pada awal bulan April ini sudah mulai masuk dan bisa dinikmati masyarakat. 250.000 itu konsumsi masyarakat Indonesia lebih dari satu bulan," ucap Soemintro saat dihubungi KBR, Kamis (7/5/2020).
Ketua Umum DPN APTRI Soemitro Samadikoen menambahkan, realisasi impor gula lambat dipengaruhi oleh lockdown atau karantina wilayah di India. Ia menduga impor gula dari India tetap dilakukan karena pemerintah ada kerja sama ekspor minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO).
Ia beralasan, apabila pemerintah tidak mempertimbangkan kerja sama CPO dengan India, maka Indonesia sudah melakukan impor gula dari negara-negara lain yang memiliki kasus Covid-19 lebih rendah, seperti Vietnam atau Thailand.
Soemitro pun meminta pemerintah mempertimbangkan waktu panen gula oleh petani nasional yang diperkirakan terjadi awal bulan depan. Ia ingin keluhan kenaikan harga dan kelangkaan gula dapat diatasi dan tidak menjatuhkan harga gula saat musim panen tiba.
Gula impor
Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Tri Wahyudi mengatakan, baru menerima gula impor beberapa hari lalu. Sebelumnya distribusi bulog hanya mengandalkan stok yang tersisa.
Tri mengatakan, saat ini Bulog tengah mendata dan mendistribusikan gula impor yang baru datang. Dia berharap dengan adanya impor gula ini harga dipasaran bisa kembali stabil.
“Bulog itu hanya mendapatkan alokasi impor 50 ribu ton, itupun kami baru dapat izinnya tanggal 7 April. Tiga hari lalu sudah datang kapalnya sudah ada di Tanjung Priok itu sudah bongkar. Sekitar 21.800 langsung kami distribusikan ke seluruh provinsi kabupaten, kota seluruh Indonesia termasuk Jakarta. Kemudian tanggal 5 itu sudah masuk bersandar kapalnya di pelabuhan Tanjung Priok, ini sedang didistribusikan ke seluruh Indonesia mudah-mudahan dengan masuknya gula ini bisa menekan harga,” ujar Tri, saat dihubungi KBR, Kamis (07/05/2020).
Menurut Tri, penerimaan impor gula oleh Bulog masih terbilang kecil lantaran impor tersebut tidak hanya untuk konsumsi masyarakat namun juga untuk kebutuhan industri.
“Itukan jumlahnya kecil kan banyak juga industri-industri swasta yang punya tanggungjawab juga, dia dapat alokasi impor. Nah itu sedang didiskusikan oleh swasta juga. Kecuali, semuanya diserap Bulog satu pintu ya kami punya banyak, ini kami hanya punya sedikit.” ujar Tri.
Sebelum impor masuk pada 5 Mei lalu, menurut Tri Bulog hanya memiliki stok sebanyak 10-15 ribu ton gula, sebagian besar telah didistribusikan ke semua provinsi. Distribusi juga menurut Tri bekerja sama dengan swasta, sehingga dalam impor kali ini jumlah yang didapat dibagi dengan kebutuhan industri.
Oleh : Muthia Kusuma
Editor: Rony Sitanggang